“Kau Tak Perlu Mencintaiku” Harapan. Mungkin hidupku akan terisi penuh oleh kata – kata berjenis seperti itu. Iya, berharap dan terus menggantungkan harapan. Sampai detik ini, aku masih belum bisa melupakan bayangannya yang seolah terus saja menari – nari dalam pikiranku atau menghapus begitu banyak jejak yang sempat kami berdua lewati bersama. Semua ini tak akan pernah terjadi jika dia tak memulainya, tidak akan ada asap jika tak ada api. Semua akan baik – baik saja jika dia tidak memulai permainan cinta yang dipenuhi dusta ini. Untuk apa dia ada lalu tiada, untuk apa perhatian kemudian acuh tak acuh? Aku bukan sebuah boneka yang bisa dimainkan. Dia mencintainya tapi kenapa dia berlari kearahku? Untuk apa membuatku jatuh cinta untuk kemudian menjadikanku pengemis cinta? Aku membenci sekaligus mencintainya-- Romi. Kedua rasa yang sudah jelas sangat berbeda itu sekarang malah menjadi perpaduan yang aneh di dalam hatiku. Sungguh . . masih melekat kuat diingatanku bagaiman...